
Maraknya kasus kekerasan seksual berbasis gender, maka Divisi BKI Laboratorium Dakwah memberikan pelatihan yang berjudul “Counseling Skill untuk menanggulangi Kekerasan berbasis gender.”
“Kekerasan gender terjadi pada semua jenis kelamin, tidak hanya perempuan saja. Nah disini kita akan belajar bagaimana menanganinya sebagai calon-calon konselor, seperti bagaimana melakukan assessment pada klien-klien kalian nanti,” ujar Koordinator Divisi Bimbingan Konseling Islam atau BKI, Ulin Nihayah.

Pelatihan bertempat di Aula Laboratorium dakwah atau Labda Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, Kamis, 16 Maret 2023.
Kegiatan diikuti oleh 42 peserta yang terdiri dari perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam atau BPI, Relawan Kesejahteraan Sosial serta perwakilan mahasiswa BPI berbagai angkatan.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan skill mahasiswa sebagai calon konselor kelak terutama dalam menangani problem kekerasan gender baik pada anak-anak, perempuan maupun laki-laki.

“Pentingnya para konselor dan penyuluh untuk dapat menanggulangi permasalahan yang berbasis gender. Nantinya akan ada pelatihan lanjutan seperti assessment, advokasi dan lain sebagainya. Supaya nantinya saat kalian lulus menjadi sarjana tidak kosong atau zonk dalam hal pengetahuan,” ujar pengurus Divisi BKI Wieke Diah Anjaryani.
Melalui peletihan yang dilaksanakan selama satu hari penuh, peserta diberi materi dan praktik oleh Titik Ikha Purbiyanti, S.Pd dan Wieke Diah Anjaryani, S.Psi., M.Kes.
Kemampuan konselor sangat penting dalam penanganan kasus kekerasan gender.
Wieke menyebut jika terkadang terjadi kesalahan fatal dari konselor saat menangani kasus kekerasan gender, yaitu konselor merasa lebih superior dari klien. Padahal sebenarnya peran antara konselor dan klien adalah setara tidak ada superior maupun inferior.
Pada materi kedua, Titik Ikha Purbiyanti menerangkan tentang assessment serta instrument konseling dalam menaggulangi kekerasan berbasis gender yaitu lewat AUM (Alat ungkap masalah) dan juga DCM.
Selain penyampaian materi kegiatan pelatihan ini juga diselingi dengan praktek langsung mengisi AUM serta DCM juga disetai dengan diskusi mengenai kedua hal tersebut. Titik menyampaikan “Mengisi AUM dengan jujur dan santai saja, tidak usah dibuat spaneng, tidak usah ikut-ikut teman apalagi mencontek, hal sekecil apapaun harus diisi karena itu akan sangat berguna, bahkan sesederhana kamu menggambar sesuatu itu bisa menggambarkan perasaanmu saat ini.”***